Pembangunan ekonomi Indonesia setelah kemerdekaan, haruslah
didasarkan pada cita-cita awal kemerdekaan. Sudah tentu nantinya
industrialisasi memegang peranan dalam membawa perubahan masyarakat pada
tingkatan yang lebih tinggi dan lebih teratur dengan menggunakan hasil teknik
modern.
Pembangunan
Perekonomian Indonesia
Menurut Muh. Hatta, ada tiga hal yang berkaitan
dengan pembangunan perekonomian Indonesia yang harus dihadapi yaitu:
- Soal
ideologi: bagaimana mengadakan susunan ekonomi yang sesuai dengan
cita-cita tolong menolong.
- Soal
praktik: politik perekonomian apa yang praktis dan perlu dijalankan dengan
segera di masa yang akan datang.
- Soal
koordinasi: bagaimana mengatur pembangunan perekonomian Indonesia supaya
pembangunan itu sejalan dan berhubungan dengan pembangunan di seluruh
dunia.
Sistem ekonomi Indonesia
sebagaimana diamanatkan dalam pasal 33 UUD 1945, jelas menolak sistem ekonomi
liberalisme-kapitalisme dan etatisme. Selama masa kolonialisme (350 tahun)
susunan perekonomian Indonesia telah hancur oleh penerapan sistem ekonomi
liberalisme-kapitalisme Belanda. Masyarakat Indonesia mengalami depresi mental
yang sangat parah dan secara ekonomi sangat lemah.
Untuk bangkit dari rasa rendah
diri, kesulitan, dan ketakutan, maka pemerintah mempunyai tanggung jawab besar
dalam mengangkat moral dan semangat rakyat agar mampu melaksanakan pembangunan.
Hal itu hanya dapat dilakukan melalui perubahan sistem dan struktur ekonomi
yang kapitalistik-liberalistik (dualistik) menjadi sistem ekonomi yang
demokratis (kekeluargaan). Hal ini sangat jauh berbeda dengan sistem sosial
kemasyarakatan negara-negara barat yang individualistik.
Pilihan strategi pembangunan yang
mengandalkan pertumbuhan ekonomi daripada pemerataan telah dijalankan selama
masa PJP (pembangunan jangka panjang) I. beberapa perusahaan besar yang
beroperasi di Indoensia menjadi penyumbang keberhasilan itu. Namun, semua
perusahaan yang memberikan kontribusi pada ekonomi Indoensia masih didominasi
oleh perusahaan perusahaan multi nasional (Multi National Corporation/ MNC).
Hal ini mengundang keprihatinan dan mempertanyakan keberhasilan pembangunan
dengan model pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini.
Kesenjangan ekonomi merupakan
fenomena yang menonjol selama masa PJP I. angka kemiskinan masyarakat Indonesia
memang mengalami penurunan. Akan tetapi tingkat kemiskinan dan kualitas hidup
dan kehidupan masyarakat semakin merosot jauh. Praktik perekonomian yang
dijalankan selama lebih dari 50 tahun kemerdekaan ternyata masih menimbulkan
berbagai persoalan.
Persoalan yang menjadi pusat
perhatian banyak pengamat dan kalangan bisnis adalah kesenjangan yang terjadi
di berbagai sektor. Kesenjangan dalam penguasaan skala bisnis terjadi antara
sektor formal dan informal, kecil dan besar. Di satu pihak, terdapat fenomena
konglomerasi yang menguasai sektor bisnis dan memberikan kontribusi terbesar
PNB Indonesia. Namun di pihak lain, terdapat kesenjangan penguasaan akses
ekonomi dan bisnis bagi sektor bisnis menengah, kecil, dan koperasi.
Sejak tahun 1993, Indoensia mulai
mengubah paradigma pembangunan dengan lebih menekankan peningkatan kualitas
sumberdaya manusia. Hal ini diakibatkan masih besarnya jumlah rakyat Indonesia
yang miskin. Setelah berjalan selama empat puluh tahun, pemerintahan berhasil
menurunkan jumlah penduduk miskin menjadi sekitar 22,5 juta orang pada tahun
1997 atau sekitar 11,3 % dari jumlah penduduk Indonesia.
Yang menjadi pertanyaan adalah
apakah sistem dan model pembangunan ekonomi dan bisnis selama ini telah sesuai
dengan kehendak dan cita-cita bersama.
Perkembangan bisnis yang terjadi
saat ini mampu menyelesaikan persoalan-persoalan sosial ekonomi dalam
masyarakat. Tanpa memperhatikan persoalan sistem dan model hubungan bisnis yang
dijalankan, maka peningkatan kualitas sumberdaya manusia menjadi tidak relevan
dalam menghadapi pasar global.
Tri di Jepang, maupun untuk keperluan
perang
Admiral
Isoroku Yamamoto, Panglima Angkatan Laut Jepang, mengembangkan strategi perang
yang sangat berani, yaitu mengerahkan seluruh kekuatan armadanya untuk dua
operasi besar. Seluruh potensi Angkatan Laut Jepang mencakup 6 kapal induk
(pengangkut pesawat tempur), 10 kapal perang, 18 kapal penjelajah berat, 20
kapal penjelajah ringan, 4 kapal pengangkut perlengkapan, 112 kapal perusak, 65
kapal selam serta 2.274 pesawat tempur. Kekuatan pertama, yaitu 6 kapal induk,
2 kapal perang, 11 kapal perusak serta lebih dari 1.400 pesawat tempur, tanggal
7 Desember 1941, akan menyerang secara mendadak basis Armada Pasifik Amerika
Serikat di Pearl
Harbor di kepulauan Hawaii. Sedangkan
kekuatan kedua, sisa kekuatan Angkatan Laut yang mereka miliki, mendukung
Angkatan Darat dalam Operasi Selatan, yaitu penyerangan atas Filipina dan Malaya/Singapura,
yang akan dilanjutkan ke Jawa. Kekuatan yang
dikerahkan ke Asia Tenggara adalah 11 Divisi Infantri yang didukung oleh 7
resimen tank serta 795 pesawat tempur. Seluruh operasi direncanakan selesai
dalam 150 hari. Admiral Chuichi Nagumo memimpin armada yang ditugaskan
menyerang Pearl Harbor.
Hari
minggu pagi tanggal 7 Desember 1941, 360 pesawat
terbang yang terdiri dari pembom pembawa torpedo serta sejumlah pesawat tempur
diberangkatkan dalam dua gelombang. Pengeboman Pearl Harbor ini berhasil menenggelamkan dua kapal
perang besar serta merusak 6 kapal perang lain. Selain itu pemboman Jepang
tesebut juga menghancurkan 180 pesawat tempur Amerika. Lebih dari 2.330 serdadu
Amerika tewas dan lebih dari 1.140 lainnya luka-luka. Namun tiga kapal induk
Amerika selamat, karena pada saat itu tidak berada di Pearl Harbor. Tanggal 8 Desember 1941, Kongres Amerika
Serikat menyatakan perang terhadap Jepang.
Perang
Pasifik ini berpengaruh besar
terhadap gerakan kemerdekaan negara-negara di Asia Timur, termasuk Indonesia.
Tujuan Jepangmenyerang dan
menduduki Hindia
Belanda adalah untuk
menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung potensi
perang Jepang serta mendukung industrinya. Jawa dirancang sebagai pusat penyediaan
bagi seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan Sumatera sebagai sumber minyak utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar