Apa itu Wayang ?
Dalam
bahasa Jawa, kata wayang berarti “bayangan”.
Jika ditinjau dari arti filsafatnya, “wayang” dapat diartikan sebagai bayangan
atau merupakan pencerminan dari sifat-sifat yang ada dari dalam jiwa
manusia. Sifat-sifat yang dimaksud antara lain seperti watak angkara
murka, kebajikan, serakah, dan lain sebagainya.
Wayang
dimainkan oleh seorang dalang yang dibantu oleh beberapa orang penabuh gamelan
dan satu atau dua orang waranggana sebagai vokalisnya. Fungsi dalang di
sini adalah mengatur jalannya pertunjukan secara keseluruhan. Dalang
memimpin semua komponen pertunjukan untuk luluh dalam alur ceritera yang
disajikan.
Ragam
Wayang
Mengenai
jenis wayang yang dikenal oleh masyarakat Jawa, ternyata ada beberapa jenis
wayang, meliputi ; Wayang Kulit (Purwa), Wayang Klithik, Wayang Golek,
Wayang Beber.
1. Wayang
Kulit
Sesuai
dengan namanya, wayang kulit terbuat dari kulit binatang (seperti : kerbau,
lembu, atau kambing). Wayang Kulit dipakai untuk memperagakan lakon-lakon
atau kisah dari Babad Purwa, yaitu Mahabharata dan Ramayana.
Oleh karena itu wayang kulit disebut juga dengan nama Wayang Purwa. Sampai
sekarang pertunjukan wayang kulit, disamping sebagai sarana hiburan, juga
merupakan salah satu bagian dari upacara-upacara adat, seperti : bersih
desa, ruwatan dan lain-lain.
2. Wayang
Klithik
Wayang
Klithik terbuat dari bahan kayu dengan dua dimensi (pipih) yang hampir
mendekati bentuk wayang kulit. Terdapat persamaan antara wayang klithik
dengan wayang kulit, yaitu pada gamelan, vokalis, bahasa yang digunakan dalam
dialog, desain lantai, alat penerangan yang dipakai dalam pertujukan dan
lain-lain. Meskipun demikian, banyak juga kita jumpai
perbedaan-perbedaannya.
Pertunjukan
wayang klithik umumnya hanya berfungsi sebagai tontonan biasa yang
kadang-kadang di dalamnya diselipkan penerangan-penerangan dari pemerintah
(untuk penyuluhan pembangunan). Untuk itu, wayang klithik kadang disebut
juga dengan nama wayang suluh. Setting panggung sedikit agak berbeda
dengan wayang kulit. Wayang Klithik ini meskipun desain lantainya berupa
garis lurus, tapi tidak menggunakan layar. Untuk menancapkan
wayang, digunakan bambu yang sudah dilubangi.
3. Wayang
Golek
Seperti
halnya dengan wayang klithik, wayang golek juga terbuat dari bahan
kayu. Tetapi wayang golek memiliki tiga dimensi (seperti boneka).
Wayang Golek ini lebih realis dibanding dengan wayang kulit dan wayang
klithik. Sebab, selain bentuknya menyerupai bentuk badan manusia, wayang
golek juga dilengkapi dengan kostum yang terbuat dari kain. Pertunjukan
wayang golek selain untuk tontonan biasa, juga masih sering dipentaskan sebagai
upacara bersih desa. Lakon yang diperagakan berasal dari babad Menak,
yaitu sejarah tanah Arab menjelang kelahiran Nabi Muhammad S.A.W.
4. Wayang
Beber
Wayang
Beber adalah seni wayang yang muncul dan berkembang di Jawa. Dinamakan
wayang Beber karena berupa lembaran-lembaran (beberan) yang dibentuk menjadi
tokoh-tokoh dalam cerita wayang, baik Mahabarata maupun Ramayana.
Konon
oleh para Wali Songo (penyebar agama Islam di tanah Jawa), diantaranya adalah
Sunan Kalijaga, wayang Beber ini dimodifikasi bentuk menjadi wayang kulit dengan
bentuk-bentuk yang bersifat Ornamentik yang dikenal sekarang. Karena
ajaran Islam mengharamkan bentuk gambar makhluk hidup (manusia, hewan) maupun
patung serta diberi tokoh-tokoh tambahan yang tidak ada pada wayang Babon
(wayang dengan tokoh asli India), diantaranya adalah Semar dan anak-anaknya
(Punakawan) serta Pusaka Hyang Kalimasada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar